Penanganan Gendang Telinga Robek dengan Miringoplasti cangkok lemak Oktober 11, 2008 oleh Dr. Kris Gendang telinga / membran timpani /tympanic membrane / eardrum adalah suatu membran/selaput yang terletak antara telinga luar dan telinga tengah. Fungsi membran ini sangat vital dalam proses mendengar. Bila terjadi kerusakan pada membran ini dapat dipastikan bahwa fungsi pendengaran seseorang terganggu. Robeknya membran ini merupakan salah satu kerusakan yang sering dialami baik pada anak-anak maupun dewasa. Penyebab robeknya membran ini antara lain disebabkan oleh infeksi telinga tengah(otitis), trauma baik secara langsung maupun tidak langsung misalnya tertusuk alat pembersih kuping, suara ledakan yang berada didekat sekali dengan telinga kita, menyelam dengan kedalaman yang dianggap tidak aman, trauma kepala akibat kecelakaan kendaraan bermotor dsb. Umumnya tanda dan gejala robeknya gendang telinga antara lain nyeri telinga yang hebat disertai keluar darah dari telinga (yang disebabkan trauma) sedangkan yang disebabkan infeksi umumnya terdapat demam yang tak turun-turun, nyeri telinga (otalgia), gelisah dan tiba-tiba keluar cairan/nanah dengan atau tanpa darah. Umumnya dokter THT akan menangani keadaan akut ini dahulu dengan meredakan gejala dan sumber penyebabnya sambil dievaluasi kondisi membran/gendang telinganya. Bila gejala dan sumber penyebabnya telah tertangani dan dalam penilaian selama 1 bulan gendang telinga ini tidak menutup spontan, biasanya akan disarankan penutupan gendang telinga ini melalui prosedur pembedahan/operasi (tentu setelah dievaluasi manfaat penutupan membran ini diharapkan dapat mengembalikan fungsi pendengaran, mencegah bahaya infeksi berulang pada telinga tengah). Miringoplasti merupakan prosedur pembedahan yang dirancang khusus untuk menutup perforasi/lubang membran timpani atau gendang telinga. Ini merupakan prosedur yang sering dilakukan dan membutuhkan metode yang sangat teliti dimana ahli bedah THT tidak hanya bertindak sebagai ?tukang tempel? saja. Pembedahan ini bertujuan mengembalikan fungsi membran timpani (MT) sebagai reseptor gelombang suara. Hampir sebagian besar perforasi MT baik pada anak-anak maupun orang dewasa ukurannya kurang dari 50% dari seluruh luas permukaan MT dan lokasi biasanya di daerah tepi (marginal). Perdileksi tersering lokasinya berada di area timpani anterior. Berdasarkan metodenya, miringoplasti dapat dilakukan melalui pendekatan transkanal, endoaural dan postaurikular. Keputusan penggunaan metode pembedahannya bergantung pada kondisi patologis (luas perforasi), anatomi regional MT, keahlian individu operator. Berdasarkan pertimbangan kekambuhan/kegagalan bahkan komplikasi pembedahannya, penggunaan metode miringoplasti transkanal menggunakan cangkok lemak dengan bantuan endoskopi merupakan pembedahan yang potensial dan secara signifikan memberikan hasil yang baik kerena menggunakan metode invasive minimal. Metode ini juga dapat dikerjakan didalam ruang praktek klinik sehari-hari menggunakan anastesi lokal. Beberapa ahli telah memulai menggunakan miringoplasti dengan cangkok lemak sejak tahun 1962 diawali oleh Ringenberg melakukan miringoplasti terhadap 25 pasien dengan tingkat keberhasilan 86,5%. Gross tahun 1989 melaporkan keberhasilan 79,2% dari 28 pasien. Deduens tahun 1993 melaporkan tingkat keberhasilan 89% dari 30 pasien. Thomasin tahun 2000 dari 81 pasien tingkat keberhasilannya 92%.1 INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI MIRINGOPLASTI CANGKOK LEMAK Dahulu penggunaan cangkok lemak diindiksasikan pada perforasi yang masih tersisa setelah dilakukannya miringoplasti konvensional. Saat ini setelah dilakukan serangkaian percobaan dan berdasarkan pengalaman empiris inidikasi miringoplasti cangkok lemak adalah : ? Semua perforasi MT yang ukurannya kurang dari 50% dari luas MT ? Perfoarsi MT harus non-marginal (annulus, malleus handle) Kontraindikasi miringoplasti cangkok lemak antara lain : ? ?Bercak miringosclerotik disekitar perforasi. ? ?Miringitis lokal disekitar perforasi. ? ?Sedang terjadi episode otore. ? ?Terbentuknya jaringan parut setelah kondisi perforasi MT ? ?Kegagalan penutupan MT menggunakan tehnik sebelumnya, atau jika penyebab kegagalan tidak teridentifikasi. I. PENDAHULUAN Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan penyakit inlamasi telinga tengah yang sering diumpai dalam praktek sehari-hari. Penyakit ini ditandai oleh otore (keluar cairan telinga) yang menetap atau berulang/kronik dari perforasi membran/gendang telinga. Sebagai akibat dari perforasi membran timpani, bakteri dapat masuk ke telinga tengah melalui liang telinga luar. Infeksi pada mukosa telinga tengah inilah yang kemudian menyebabkan otore telinga. OMSK yang sukar disembuhkan dapat menyebabkan komplikasi yang luas. Umumnya penyebaran bakteri ini merusak struktur disekitar telinga atau telinga tengah itu sendiri. Komplikasi ini bisa hanya otore yang menetap, mastoiditis, labirintitis, paralisis saraf fasialis sampai komplikasi serius seperti abses intrakranial atau trombosis. Walau dalam prektek kejadian komplikasi ini rendah, namun harus ada dalam pikiran kita ketika menjumpai pasien dengan OMSK aktif. Pengobatan harus segera diberikan secepat dan seefektif mungkin untuk menghindari komplikasi. Permasalahan yang timbul pada infeksi telinga (OMSK) adalah otore yang timbul berulang bahkan menetap walaupun telah diobati dengan seksama, sehingga terkadang menimbulkan rasa frustasi tidak hanya sang pasien namun juga dokter yang mengelola. Pada beberapa kasus penanganan operasi mastoid juga tidak mengahasilkan hal yang memuaskan karena sering kali pasien masih kembali dengan keluhan otore yang sama. Saat ini para ilmuwan menemukan bahwa pada banyak kasus infeksi yang persisten termasuk pada infeksi telinga tengah kemungkinan disebabkan oleh bakteri yang bersembunyi dalam fase dormant (tak aktif) didalam suatu lapisan yang sangat tipis, sehingga dapat terlindung dari kerja antibiotika. Pada kondisi seperti ini, cairan yang masih ada di balik membran timpani bagaikan sebuah ?pisau kecil? yang sering disitilahkan sebagai ?biofilm? yang merupakan sarang/koloni bakteri yang siap menginfeksi kembali pada kondisi lingkungan hidup yang tepat. Dengan kata lain pada infeksi telinga yang berulang sesungguhnya bukanlah suatu infeksi berulang dari serangan bakteri baru namun sesungguhnya merupakan serangan dari bakteri biofim itu sendiri. II. KESULITAN PENATALAKSANAAN OMSK Seperti telah diungkapkan pada pendahuluan, seringkali pengobatan OMSK sangat sulit dilakukan. Ada dua hal yang paling tidak menyebabkan kesulitan pengobatannya yaitu : 1. Cara pemberian obat baik pemberian secara peroral, topikal bahkan sistemik sekalipun sulit mencapai mukosa telinga tengah dan mastoid. Saat ini dari penelitian di Jepang, pemberian obat topikal melalui perforasi membran timpani menunjukkan hasil memuaskan baik dalam cara pemberiannya maupun efektifitas pengobatannya.3 2. Resistensi kuman. Terbentuknya resistensi kuman terhadap antibiotika dari data penelitian yang banyak dipublikasikan, bukanlah merupakan faktor yang menyebabkan kegagalan pengobatan OMSK.3 III. MEKANISME PERLINDUNGAN BAKTERI Dalam hidupnya bakteri dapat menghadapi berbagai kondisi yang tidak menguntungkan kelangsungan hidupnya baik dari lingkungan maupun mekanisme kerja antibiotika. Beberapa mekanisme yang telah dikenal dan terus diteliti antara lain : 1. Nonplanktinic growth modes 2. biofilm III.1 Nonpalnktonic growth modes Sampai saat ini pertahanan bakteri yang berubah menjadi bentuk nonplantonik pada infeksi yang menyebabkan OMSK belum diketahui pasti. Pada kondisi dimana lingkungan kurang menguntungkan untuk hidupnya, bakteri mempunyai beberapa mekanisme untuk menghadapinya. Salah satu mekanisme diantaranya adalah kemampuan bakteri untuk secara cepat menghasilkan banyak pembelahanpembelahan kecil yang disebut ultramikrobakteria. Ultramikrobakteria adalah organisme yang sangat kecil yang tersusun hanya genomenya saja. Bakteri dalam hal ini menjadi bentuk/tipe spora (spore formation). Ketika bakteri berubah mejadi bentuk demikian, jumlah ultramikrobakterianya dapat 15 kali lipat melebihi jumlah dari bakteri aslinya. Diduga ada keterlibatan gen spesifik yang mengatur proses pembelahan ini yaitu stringent response gene. Gen ini bertanggung jawab dalam merespon ketiadaan nutrisi dan kondisi tidak menguntungkan lainnya dari lingkungan dimana bakteri ini hidup. Pada kondisi tertentu sel-sel yang kekurangan nutrisi mungkin akan mengekspresikan fenotif yang berbeda dibandingkan sel yang cukup nutrisinya Karena kemampuannya, sel tersebut dapat merubah struktur permukaannya dan saling mempengaruhi dengan sel lain untuk berubah menjadi sel-sel yang berbeda. Perubahan-perubahan permukaan sel ini mungkin juga mempengaruhi cara kerja antibiotika, dimana efek terapi dengan jalan pengikatan antibiotika terhadap permukaan bakteri dapat menjadi lebih baik atau malah sebaliknya lebih buruk. III.2 Biofilm Mekanisme lain bakteri dalam mengahdapi kondisi lingkungan yang kurangan nutrisi agar tetap bertahan hidup adalah dengan membentuk biofilm.2-3 Biofilm adalah suatu bentuk lapisan tipis yang terdiri dari kumpulan pertumbuhan bakteri (koloni) yang dapat menyerang suatu lapisan permukaan sel, mukosa atau apapun. Sel-sel bakteri yang ada dalam suatu biofilm dapat mengekspresikan fenotipe yang berbeda jika bakteri tersebut ada dalam biofilm dibanding jika bakteri tersebut berada di luar biofilm. Bakteri biofilm dapat digambarkan seperti sebuah koloni semut didalam tanah, dimana semut-semut itu mempunyai peran masing-masing seperti semut pekerja, semut pencari makan, semut perawat, semut tentara dan lain-lain. Masing-masing bakteri didalam suatu biofilm mempunyai spesialisasi sendiri. Ada yang berinteraksi antar bakteri untuk membangun struktur biofilm, ada yang bertugas membentuk menara pengawas dan lapisan-lapisan pelindung, membuat remah-rumah untuk ditempati jenis bakteri lain termasuk juga jamur, membuat trowongan emergensi, mempersiapkan saluran-saluran nutrisi dan membuat sistem sirkulasi. Saluran-saluran yang ada di biofilm memungkinkan bakteri satu dapat berinteraksi dengan bakteri jenis lain. Didalam suatu biofilm dapat terdiri dari hanya spesies tunggal bakteri atau terdiri dari bermacam-macam spesies bakteri. Contoh klasik dari adanya biofilm adalah suatu plaq gigi dimana terdiri dari macam-macam spesies bakteri didalamnya. Ada perbedaan yang sangat nyata antara bakteri planktonik dan bakteri dalam biofilm. Pada bakteri dalam bentuk planktonik, bakteri ini mempunyai kemampuan untuk memperbanyak diri dan menyebar, hal yang tidak dijumpai pada bakteri yang ada di dalam biofilm. Disisi lain bakteri bentuk planktonik sangat mudah terpapar/diserang oleh stimuli lingkungan yang tak menguntungkan, makrofag, bakteriofag, antibodi dan antibiotika sedangkan bakteri biofilm secara mendasar resisten terhadap berbagai resiko tersebut diatas. Dalam menghadapi lingkungan yang tidak menguntungkan biofilm bakteri mempunyai kemampun pertahanan melalui beberapa mekanisme. Sebagai contoh, bakteri biofilm dapat membuat lapisan atap biofilm dari matrik glyococalyx. Matrik ini tersusun dari anyaman exopolymer polisakarida dan seringkali dapat tersusun dari struktur yang lebih sederhana seperti sukrosa atau fruktosa. Begitu glycocalyx terbentuk, biofilm akan membentuk consentrat enzim-enzim yang dapat mengkikis dan melakukan penetrasi ke mukosa dan matrik tulang. Salah satu dugaan consentrat enzim biofilm ini merupakan salah satu penyebab perubahan mukosa yang memicu proses OMSK selanjutnya. Pada lingkungan dengan nutrisi yang kurang bakteria biofilm berada dalam kondisi dormant. Bakteri ini tidak melakukan aktifitas apapun kecuali hanya untuk bertahan agar tetap hidup. Kondisi dormant ini terus berlangsung sampai ada mediator signal hormonal yang memberi tahu bahwa kondisi lingkungan memungkinkan untuk kelangsungan kehidupannya. Saat kondisi itu terjadi, bagian dari biofilm dapat menyebar dengan melepaskan diri dari koloninya, menyebar/berpencar dan kembali menginfeksi di tempat lain. Bakteri-bakteri ini berpencar dengan berubah ke bentuk mereka semula yaitu bentuk plantonik, dengan demikian sekali lagi mereka kembali mudah diserang oleh pengobatan antibiotika konvensional. Para ahli mikrobiologi mendasarkan studi analisis bakterinya (contohnya bentuk planktonik) dan uji kepekaan antibiotika pada setiap bakteri yang ditemukan mungkin sebenarnya bukan bakteri yang ada/menginfeksi pada pasien itu sendiri. Meskipun demikian hampir semua informasi klinik mengenai bakteri penyebab penyakit saat ini didasarkan pada penelitian mikrobiologi ketimbang penelitian klinis. Dari hasil penelitian mikrobiologi pula kita mengetahui bahwa bakteri biofilm penyebab utama OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Organisme dalam bentuk biofilm secara signifikan kurang sensitive terhadap antibiotika dibanding organisme yang sama dalam bentuk plantonik. P aeruginosa dan S aureus mungkin 20 sampai 100 kali kurang sensitif terhadap tobramycin bila kuman ini dalam bentuk biofilm dibanding dalam bentuk planktonik. Ada beberapa alasan yang masuk akal mengapa hal ini dapat terjadi : 1. Diduga organisme yang dalam kondisi inaktif/dormant mempunyai kepekaan yang lebih rendah. 2. Kerja antibiotika dalam menembus (diffuse) bakteri lebih lambat karena terhalang matrik glycocalyx. Ini mungkin menjadi faktor yang signifikan bahwa enzim-enzim yang ada di glycocalyx lebih cepat menghancurkan antibiotik dibanding penetrasi antibiotika melalui perisai glycocalyx. Dari penelitian yang dilakukan Berry dkk4 dilaporkan keberhasilan pengisolasian bakteri biofilm yang diambil dari tube timpanostomi pasien anak-anak. Berry dkk mengidentifikasi biofilm baik menggunakan binatang percobaan maupun secara in vitro. Ada dua observasi penting yang didapatkan yaitu : 1. Terbentuknya biofilm dapat dicegah oleh pengaruh ionik dari lapisan tube timpanostomi, diduga karena terjadi perubahan elektirkal yang mengubah struktur matriks glycocalyx. 2. Permukaan bahan pembuat tube timpanstomi mungkin menjadi faktor penting yang mempengaruhi terbentuk tidaknya biofilm. Tube yang dilapisi suatu bahan pelapis mungkin lebih resisten terhadap biofilm dibanding dengan tidak dilapisi. IV. Biofilm pada OMSK Bagaimana keterlibatan bakteri biofilm dalam OMSK sampai saat ini masih terus diteliti. Awal mula terbentuknya biofilm diduga dari tulang yang mengalami infeksi (osteitis). Diduga biofilm ini yang menyebabkan ulserasi mukosa dan erosi tulang dengan jalan penyisipan melalui membran sel yang telah rusak oleh karena infeksi virus. Biofilm juga dapat menyisip melalui benda asing yang ada di dalam telinga. Benda asing didalam telinga jarang ditemukan pada kondisi sebelum operasi tapi sering dijumpai setelah operasi, sebagai contohnya adalah pemasangan tube timpanostomi. Benda asing lain yang sering ditemukan termasuk disini adalah pecahan-pecahan metal dari ujung suction yang terlepas saat pembedahan. Pada akhirnya, kemungkinan ada beberapa sel-sel yang saling berinteraksi membentuk suatu biofilm khususnya sel-sel yang bersepon teradap adanya infeksi virus. Sampai saat ini masih terus dikembangkan strategi dalam mengatasi bahkan mencegah terbentuknya biofim pada pasien OMSK. Ada beberapa strategi yang masih terus dikembangkan dan diteliti antara lain memblokade reseptor, pemakaian antipolimerase, merusak/mengintervensi massanger biofilm (tabel 1) Pada hewan percobaan, penggunaan blokade reseptor yang diambil dari peritonium tikus yang mengandung polisakarida glycocalyx akan menghalangi pembentukan biofilm dari kuman Bacteroides fragilis. Polisakarida ini akan mengisi dan menutup lokasi-lokasi reseptor B fragilis sehingga bakteri tidak dapat menyerang. Sementara penggunaan antipolimerase diduga mekanisme kerjanya yaitu dengan merusak atap pelindung glycocalyx dari biofilm. Pemikiran yang lain juga yang sedang dikembangkan adalah dengan mencari biofilm massanger yang nantinya dapat digunakan untuk mengirim pesan kepada bakteri biofilm bahwa seolah-olah lingkungan hidupnya sudah memungkinkan untuk bakteri berubah menjadi bentuk planktonik, dengan demikian bakteri tersebut dapat dieradikasi menggunakan antibiotika konvensional. V. Kesimpulan Bakteri biofilm adalah salah satu penyulit dalam pengobatan OMSK karena kemampuan bakteri dalam beradaptasi dari lingkungan yang tidak menguntungkan hidupnya dan menghindar dari kerja antibiotika melalui pembentukan lapisan matrik glycocalyx, enzim-enzim yang bekerja menghambat kerja antibiotika dan aktifitas yang terbatas dari bakteri (dormant). Daftar Pustaka 1. Chronic suppurative otitis media. Burden of illness and management options. Child and adolescent health and development prevention of Blindness and deftness. WHO Geneva Switzerland 2004. 2. Peter S Ronald. Chronic suppurative otitis media: A clinical overview. ENT Journal. Suplement .Agust 2002. Available online at: http://www.entjournal.com 3. Cathryn M Delude. Culprit in ear infections is a ?biofilm? that protect bacteria. Center for Biofilm Engineering.2002. Available online at : http://www.thewritingco.com 4. Berry JA, Biedlingmaier JF, Whelan PJ. In vitro resistance to bacterial biofilm formation on coated fluoroplastic tympanostomy tubes. Otolaryngol Head Neck Surg 2000;123:246-51 Resiko Tindik Hidung dan Mulut Kini semakin banyak ABG dan mereka yang berjiwa muda, menindik hidung, alis, lidah, bibir, dll. Memang tampak gaya,. Tapi apa dampaknya bagi kesehatan? Dulu, cuma selebriti yang berani bertingkah macam-macam dan berdandan eksentrik seperti itu. Tapi kini, globalisasi dan era kebebasan, nampaknya telah merasuk pada jiwa kawula muda, terutama yang tinggal di ibukota, hingga mereka pun tak ragu untuk berdandan nyentrik.Tindik menindik, kini bukan lagi cara untuk membedakan '[i]gender[.] pria dan wanita, tapi sudah menjadi upaya menambah 'keren' penampilan dan mempertegas jati diri mereka. Sayang, nampaknya kepedulian mereka terhadap estetis, kurang dibarengi dengan kesadaran akan dampaknya secara medis pada kesehatan.Padahal, bukan rahasia lagi, acara tindik menindik itu bisa berakibat buruk bagi kesehatan. Seperti kasus resesi (penyusutan) jaringan gusi sekitar bibir, yang menimpa wanita berusia 26 tahun di AS, karena tertarik melakukan tindik di sekitar mulut untuk menambah 'keren' penampilan. ' Dia mengalami penyusutan jaringan gusi', ujar Dr. Michael McGuier, Presiden American Academy of Periodontology. Itu baru dampak awal. Bila dibiarkan, 'Hal itu bisa menyebabkan resistensi akar gigi, hingga gusi dan akar gigi cepat membusuk dan hancur'. Bisa dipastikan, orang itu akan lebih mudah mengalami penyakit peiodontal. Itu adalah akibat bagi mereka yang coba-coba melakukan tindik di sekitar mulut. Lantas bagaimana resiko menindik di bagian tubuh lain, selain telinga?Menurut para ahli, mereka terancam mengalami cedera saraf, reaksi sensitivitas atau alergi yang timbul akibat logam yang digunakan, hingga obstruksi saluran pernapasan. Yang ditakutkan adalah terjadinya bacteriemia. Memang, risikonya tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing dan sterilitas alat yang digunakan. Melihat kenyataan itu, Dr. Bryan S. Michalowitz dari University of Minnesota School of Dentistry menyarankan agar kita tak ikut-ikutan mengikuti tren tindik menindik itu. Tapi bagi yang sudah terlanjur melakukannya, Michalowitz memberikan tips ringan seperti berikut: * Lepas anting-anting saat makan (bila dipasang di mulut/lidah) atau selama tidur * Lepas dan jangan dikenakan lagi jika ada tanda-tanda inflamasi seperti bengkak, atau nyeri. http://www.pintunet.com/ SERBA - SERBI MERAWAT TELINGA Jangan anggap enteng perawatan telinga. Salah-salah malah mendatangkan masalah. Karena tak tahu, kita sering membersihkan telinga anak secara asal-asalan. Padahal, seperti dijelaskan Prof. Dr. Noerbaiti dari bagian THT, RS Pondok Indah Jakarta, telinga mempunyai bagian-bagian yang harus diperlakukan sangat hati-hati. Telinga bagian luar terdiri atas daun telinga sampai selaput gendang. Telinga tengah terdiri atas selaput gendang sampai batas otak, dan telinga dalam terdiri atas alat pendengaran dan alat keseimbangan. Di telinga bagian luar inilah berkumpul kelenjar minyak dan kelenjar keringat. Kotoran kuping seperti daki yang kerap muncul di daerah ini sebetulnya minyak yang dihasilkan kelenjar tersebut. Fungsinya menghalau binatang, seperti serangga yang mencoba masuk ke dalam telinga. Kotoran kuping akan keluar dengan sendirinya berkat dorongan mekanisme otot pipi saat anak mengunyah makanan. Muara dari kotoran itu adalah daun telinga, sehingga kita tak perlu mengambil risiko dengan mengorek-ngorek telinga anak sampai ke bagian tengah dan dalam. "Cukup di bagian yang kelihatan oleh mata saja," tandas Noerbaiti. PENYAKIT TELINGA Salah satu kebiasaan salah yang sering kita lakukan adalah mengorek bagian dalam telinga dengan cotton buds atau "logam" yang ujungnya cekung seperti sendok. Menurut Noerbaiti, "Liang telinga bagian dalam hanya boleh dibersihkan dengan alat khusus yang bisa memutar dan dilakukan oleh ahli. Pemakaian cotton buds justru mendorong kotoran kuping masuk makin ke dalam lagi." Kotoran, lanjutnya, justru terperangkap dalam cekungan telinga yang bentuk liangnya seperti huruf S. Akibatnya, kotoran tak bisa keluar sendiri dan setelah mengendap di dalam liang telinga akan mengeras dan membatu. Di sisi lain, kita juga mengenal penyakit telinga dengan sebutan congek. Gejalanya, dari telinga, persisnya dari selaput gendang yang berlubang, keluar cairan. "Lubang itu bisa disebabkan apa saja. Biasanya karena berbagai komplikasi dari hidung dan tenggorok." Di antara telinga, hidung, dan tenggorok, urai Noerbaiti, terdapat saluran yang menghubungkan ketiganya. Saluran yang menghubungkan hidung dengan telinga berfungsi menjaga tekanan udara pada telinga bagian tengah agar sama dengan telinga bagian luar. Saat anak terserang flu atau pilek, saluran yang menghubungkan telinga dan hidung bisa saja tersumbat cairan ingus sehingga menimbulkan rasa nyeri. Selain itu, sumbatan menyebabkan timbulnya perbedaan tekanan udara di telinga bagian tengah dan bagian luar. Laiknya sebuah sumur, perbedaan tekanan ini akan membentuk ruang hampa yang dapat "memompa" cairan ingus keluar melalui telinga. "Inilah yang disebut congek. Mula-mula yang keluar hanya cairan bening saja, tapi lama-lama mengental, bernanah, dan berbau." Selanjutnya, akibat perbedaan tekanan, congek dapat menyebabkan jebolnya selaput gendang dan mengakibatkan 2 risiko infeksi, yaitu dari luar dan dalam. Yang dari dalam, contohnya terjadi saat anak menderita flu/pilek. Cairan ingus dari hidung masuk ke saluran yang berhubungan dengan telinga, sehingga menyebabkan infeksi telinga tengah. "Jika dibiarkan, akan menjalar sampai ke selaput otak dan bisa menyebabkan kematian." Oleh karena itu, waspadai bila flu/pilek datang karena bisa menyebabkan komplikasi yang lebih jauh ke telinga bahkan sampai ke otak. Flu/pilek hanya boleh diobati sendiri selama 3 hari. Lebih dari itu bila belum juga membaik, segera bawa anak ke dokter karena dikhawatirkan rentetan efek yang disebabkan penyakit ini bisa sangat panjang. BENDA ASING Jika telinga kemasukan benda asing, tak ada pertolongan pertama yang bisa dilakukan di rumah. "Penanganan yang salah justru akan membawa akibat yang lebih buruk lagi. Jangan mencoba mengeluarkan benda tadi dengan cara dikorekkorek. Segera bawa ke dokter THT." Berikut benda-benda asing yang biasa masuk ke telinga: * Air Saat mandi atau berenang, tak jarang air masuk ke telinga anak. Selama telinganya bersih, air otomatis akan keluar sendiri. Namun kalau di dalamnya terdapat kotoran kuping, air akan membuatnya mengembang sehingga tidak bisa keluar. Segera ke dokter THT untuk membersihkan kotoran kuping yang ada. * Semut Bila telinga sampai kemasukan semut, berarti ada yang salah dengan bagian dalam telinga. Pada prinsipnya, telinga punya mekanisme sendiri yang dapat menghambat binatang seperti semut untuk tidak masuk ke dalam. * Cotton Buds Cotton buds tidak dianjurkan secara medis untuk mengorek-ngorek telinga, walau masih saja ada yang menggunakannya. Selain kapas bisa tertinggal di dalam telinga, bahaya lainnya adalah dapat menusuk selaput gendang bila tidak hati-hati menggunakannya. Ada contoh kasus, seorang ibu membersihkan telinga bayinya yang baru berumur 7 hari dengan cotton buds. Alih-alih menjadi bersih, telinga si bayi malah berdarah. Pada orang dewasa, panjang liang ini 3 cm, sedang pada bayi hanya 1,5 cm. Oleh karena itu, berhati-hatilah. Jika kapasnya tertinggal di dalam telinga, segera bawa anak Anda ke dokter THT dan jangan mengorek-ngorek sendiri untuk mengeluarkan kapas tersebut. * Benda-benda kecil Anak-anak kecil sering tidak sengaja memasukkan sesuatu ke dalam telinganya. Misalnya, manik-manik mainan. Jika terjadi, segera bawa ke dokter THT. Jangan coba-coba mengeluarkannya sendiri, karena bisa menimbulkan masalah baru. Di ruang praktek, dokter mempunyai alat khusus untuk mengeluarkan benda tersebut. Cara Menjaga Kesehatan Telinga Inilah poin-poin yang menurut Noerbaiti penting untuk diperhatikan dalam menjaga kesehatan telinga. 1. Jangan mengorek-ngorek telinga. Baik dengan cotton buds maupun benda lain. 2. Biasakan anak mengunyah makanan dengan benar karena mengunyah adalah mekanisme alamiah tubuh untuk mengeluarkan kotoran dari dalam telinga. 3. Pada bayi, mekanisme ini pun telah dilakukan, yaitu ketika bayi mengisap puting susu atau dot. 4. Bila telinga terasa berkurang pendengarannya, segera ke dokter THT untuk dibersihkan. 5. Telinga mempunyai mekanisme sendiri untuk menghambat dan mengeluarkan benda asing yang masuk. Bila hal ini tidak terjadi, berarti ada sesuatu yang salah dengan telinga. Segera konsultasikan ke dokter THT untuk dicari penyebabnya. 6. Jauhkan cotton buds dari jangkauan anak-anak. Mereka belum tahu bahayanya. Selain kapas bisa tertinggal di dalam telinga, bila tidak hati-hatimenggunakannya, bukan tak mungkin menusuk dan merobek selaput gendang. Marfuah Panji Astuti Telinga terdiri dari 3 bagian ? Telinga Luar ? Telinga tengah ? Telinga dalam Suara dari lingkungan akan diterima daun telinga dan liang telinga yang merupakan bagian telinga luar. Selanjutnya gelombang suara akan menggetarkan gendang telinga( membran timpani ) yang merupakan selaput tipis dan transparan. Kemudian getaran suara mulai memasuki telinga tengah yang antara lain berisi 3 buah tulang pendengaran ( maleus ? incus ? stapes ). Sebagian maleus melekat pada sisi dalam gendang dan akan bergerak bila gendang telinga bergetar Stapes berhubungan dengan selaput oval window ( bagian telinga dalam ) . Karena ketiga tulang pendengaran saling bersendi satu sama lain, maka akan menjembatani getaran dari gendang telinga , memperkeras dan menyampaikannya ke telinga dalam. Kohlea yang memiliki struktur pipa 2 1/2 lingkaran dan menyerupai rumah siput merupakan bagian dari telinga dalam. Kohlea berisi cairan elektrolit. Pergerakan tulang tulang pendengaran akan menggetarkan selaput oval window , yang akan menyebabkan terjadinya aliran cairan kohlea. Aliran tersebut akan menggerakkan sel sel rambut halus yang melekat pada saluran kohlea, pada saat inilah terjadi perubahan gelombang suara menjadi gelombang listrik. Potensial listrik yang timbul akan diteruskan ke otak melalui saraf pendengaran Telinga Berdengung, Jangan Sepelekan! Saat berada pada suasana yang bising, kerap kita merasakan dengungan pada telinga kita. Mungkin hal itu dirasa sepele karena selang beberapa detik sesudahnya, telinga kita akan normal kembali (recovery). Itu sangat alami. Namun, kita harus hindari jangan sampai sering mengalaminya. Keseringan munculnya dengungan karena kebisingan tersebut bisa mengakibatkan gangguan pada organ pendengaran kita. Peringatan itu disampaikan Ratna D Restutu, Sekretaris Komisi Nasional Pencegahan Gangguan Pendengaran dan Ketulian (PGPKT). "Kalau kita mendengar ada dengungan di telinga, itu berarti ada sinyal soal gangguan yang bisa terjadi pada alat pendengaran kita. Memang ada recovery. Tapi kalau terjadi terus menerus, telinga tidak akan bisa recovery lagi," kata Ratna di selasela acara Simposium Telinga Sehat Menjamin Pendengaran Optimal dan SDM Berkualitas di Hotel Aston Atrium Senen, Jakarta, Sabtu (1/3). Ratna menjelaskan secara anatomi telinga manusia memiliki tiga bagian penting yakni telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Masing-masing memiliki fungsi tersendiri dalam mengotimalkan pendengaran kita."Telinga luar dan tengah masingmasing punya fungsi dengan memberikan energi mekanik (suara) yang diteruskan ke telinga dalam dan diubah menjadi energi listrik. Energi ini akan diteruskan ke otak ke pusat pendengaran. Dengan itu membuat kita mengerti yang orang katakan," jelas Ratna. Gangguan fungsi pada salah satu bagian telinga, jelas Ratna, akan menyebabkan pendengaran berkurang. Telinga punya peranan penting dalam hidup manusia. Organ ini tidak sekadar diperlukan dalam proses komunikasi. Dua peranan lain yang tak kalah pentingnya yakni untuk proteksi dan kenikmatan. "Bayangkan kalau ada klakson mobil atau motor dan kita tidak mendengar. Kan bisa bahaya. Atau kita ingin mendengar lagu-lagu yang kita senangi, tapi tak nggak bisa," kata Ratna, yang juga menjabat Staf Departemen Telinga Hidung Tenggorok (THT) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Jadi, sudah sepantasnya kualitas pendengaran kita pertahankan guna keberlangsungan hidup sehingga berjalan baik dan berkualitas. Salah satunya yakni dengan menghindari telinga kita dari bunyi-bunyian yang bising. Hari Telinga yang jatuh pada 3 Maret nanti, sekiranya menyadarkan kita, sebagaimana organ tubuh lainnya, telinga punya peranan vital bagi hidup kita. Perhatikan dan rawatlah telinga Anda. [Kompas.com] Pentingnya Menjaga Kesehatan Telinga Kita oleh skuler pada Juni 20, 2007, 05:48:00 Kebanyakan suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang diukur dalam Hertz (Hz) dan amplitudo atau kenyaringan bunyi dengan pengukuran dalam desibel. Bunyi bisa terdengar oleh telinga manusia jika terjadi getaran di udara atau medium lain yang sampai ke gendang telinga manusia. Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva responsnya. Alat telinga dan pendengaran manusia secara terus-menerus bekerja sebagai pintu masuk komunikasi dan informasi melalui suatu proses transformasi yang rumit dan kompleks untuk menginterpretasikan getaran suara dan bunyi lingkungan. Tanpa kita sadari, manusia tidak luput dari berbagai faktor bahaya yang dapat mengganggu fungsinya. Salah satunya adalah paparan bunyi lingkungan yang makin bising, yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran maupun kesehatan pada umumnya. Bising yang kontinu di atas 85 desibel tidak hanya akan menyebabkan keluhan pada telinga dan pendengaran, tetapi berbagai penelitian membuktikan terjadinya peningkatan tekanan darah, gangguan tidur, kelainan pencernaan, meningkatnya emosi, dan berbagai kelainan akibat stres. Seperti kita ketahui, banyak sekali jenis kegiatan yang melebihi ambang 85 desibel tersebut, misalnya peralatan mesin, lalu lintas ramai, musik yang menggunakan loudspeaker, permainan, dan aktivitas rekreasi lainnya. Dengan demikian, yang paling rentan adalah para pekerja pembangunan dan pabrik, mereka yang beraktivitas dan tinggal dipinggiran jalan raya, dan anak-anak. Otot di telinga tengah manusia yang bekerja secara terus-menerus tidak akan mampu bertahan pada keadaan bising yang terlalu kuat dan kontinu sehingga terjadilah stimulasi berlebih yang merusak fungsi sel-sel rambut. Kerusakan sel rambut dapat bersifat sementara saja pada awalnya sehingga akan terjadi ketulian sementara. Akan tetapi, kemudian bila terjadi rangsangan terus-menerus, terjadi kerusakan permanen, sel rambut reseptor yang berfungsi untuk meredam getaran akan berkurang sampai menghilang dan terjadi ketulian menetap. Ketulian akan terjadi pada kedua telinga secara simetris dengan mengenai nada tinggi terlebih dahulu, terutama dalam frekuensi 3.000 - 6.000 Hz. Sering kali juga terjadi penurunan tajam (dip) hanya pada frekuensi 4.000 Hz, yang sangat khas untuk gangguan pendengaran akibat bising. Karena yang terkena adalah nada yang lebih tinggi dari nada percakapan manusia, sering kali pada awalnya sama sekali tidak dirasakan oleh penderitanya karena belum begitu jelas gangguan pada saat berkomunikasi dengan sesama. Perlu dipahami bahwa makin tinggi paparan bising, makin berkurang jangka waktu paparan yang aman. Misalnya pada 115 desibel (konser musik rock), 15 menit saja sudah berbahaya, pada 130 desibel (mesin jet), dua menit saja dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Musik orkestra klasik dan gamelan juga dapat memberi paparan kebisingan lebih dari 85 desibel, tetapi berbeda dengan bising industri, intensitasnya intermiten, bergantian antara bagian yang keras dan pelan, serta variasi nada yang cukup luas, sehingga terbukti kurang berbahaya bagi pendengaran. Walaupun demikian, tetap ditemukan kasus pada sebagian pemusik, yaitu antara 10 sampai 50 persen dapat mengalami gangguan pendengaran. Bila terjadi ketulian akibat bising, tidak dapat baik kembali dan memerlukan alat bantu mendengar yang cukup mahal. Oleh karena itu, lebih baik menghindari kebisingan dan berbagai kiat. Caranya? Menghindari bising, mengurangi volume bunyi sekitar, dan menggunakan alat pelindung. Seperti pendapat Helen Keller--yang tuli dan buta sejak usia balita--ketika ditanyakan, andaikata ia mendapat kesempatan kedua, manakah yang ingin dihilangkannya? Ia menjawab, ingin terlahir kembali tanpa ketulian karena kebutaan memisahkannya dari benda-benda, sedangkan ketulian memisahkannya dari manusia. Bersihkan Telinga Dengan Baik & Benar Banyak orang suka ngorek telinga sembarangan hanya untuk bisa liyer-liyer nikmat. Padahal kalau sampai terluka bisa menyebabkan infeksi yang mungkin saja berlanjut dengan ketulian. Tulisan berikut ini perlu dicermati agar alat pendengaran kita awet dan tetap sehat. Bila si Buyung, yang lagi demam, rewel sambil tangannya terus menarik-narik telinga, Anda boleh curiga kemungkinan telinganya mengalami gangguan. Apalagi kalau demamnya tidak dibarengi dengan gejala lain seperti pilek, batuk, ruam pada kulit atau sakit perut, dan sebagainya. Infeksi telinga pada anak balita bukan kejadian langka. Gara-garanya bisa karena cara Anda membersihkan telinganya keliru atau memang ada penyebab lain. "Membersihkan kotoran telinga sebenarnya cukup sebatas daun telinga saja, tidak perlu sampai ke liang telinga," kata dr. Entjep Hadjar, ahli penyakit telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) dari RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Pada liang telinga, tepatnya di 1/3 bagian luar telinga yang berbulu, terdapat kelenjar minyak atau serumen. Ini berfungsi untuk mencegah masuknya kotoran, serangga, serta bakteri. Dalam keadaan normal kelenjar ini akan mengeluarkan minyak sedikit demi sedikit, meleleh keluar ke daun telinga. Limbahnya menyerupai kotoran yang liat atau lembek, namun akan mengering dengan sendirinya. Setelah kering, kelenjar tadi akan memproduksi minyak kembali. Demikian mekanisme kerjanya dalam membersihkan telinga secara alami. Tetapi kalau liang telinga terlalu sering dirangsang, kelenjar ini akan mengeluarkan minyak berlebihan yang justru kurang baik buat kesehatan telinga. Yang perlu diperhatikan, bila Anda membersihkan dengan cotton bud jangan sampai ke liang telinga. Kalau sampai ke liang telinga, sebagian besar kotoran malah akan terdorong masuk ke bagian lebih dalam yakni gendang telinga yang kemudian menumpuk dan membatu. Apalagi kalau jenis kotorannya kering dan keras. "Di sinilah seseorang akan mendapat masalah karena bagian dalam telinga terasa gatal. Kalau dikorek-korek sendiri, dengan korek kuping misalnya, bisa mengakibatkan luka kulit atau gendang telinga, kulit gatal mirip eksim atau bahkan terjadi infeksi sampai bernanah (otitis media) alias congek", tambah dr. Hadjar. Kasus gangguan telinga pada balita lantaran cara membersihkan telinga yang salah ini cukup banyak terjadi di Indonesia. Infeksi ini sering menimbulkan demam. Kalau diketahui ada kotoran yang telah mengeras di dekat gendang telinga, harus segera diperiksakan ke dokter ahli THT. Biasanya dokter akan memberikan obat tetes telinga (karbol gliserin 10%) untuk memecahkan kotoran tersebut. Kotoran yang sudah pecah disemprot atau dikorek keluar. Infeksi yang barangkali timbul lantaran iritasi kotoran itu diatasi dengan pemberian obat antibiotika. Di samping bisa mengakibatkan infeksi, kotoran membatu tadi akan menyebabkan telinga terasa sakit atau agak tuli sehabis berenang. Sebab air yang masuk akan terhalang keluar. Bahkan, kalau lubang telinga yang tersumbat hanya sebelah, bisa mengakibatkan pusing atau vertigo (berputar), terutama bila Anda berenang di air dingin. Gangguan pada telinga yang tersumbat kotoran bisa juga muncul saat naik pesawat udara. Pasalnya, udara yang masuk pada saat tekanan tinggi tidak dapat keluar dengan leluasa. Akibatnya telinga akan terasa sakit bahkan yang paling mengkhawatirkan kalau sampai gendang telinga pecah. Nah, pembagian permen yang biasa dilakukan oleh para pramugari di atas pesawat sebelum lepas landas itu secara tak langsung sebenarnya berguna untuk kesehatan telinga kita. Mengunyah sesuatu atau mengulum permen bisa menyeimbangkan udara yang masuk melalui telinga, agar udara tidak terkunci di dalam. Pilek dan gangguan telinga Penyakit pilek pun ada kalanya mengganggu telinga karena lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan hidung (tuba eustachius) mengalami peradangan atau bahkan mampet. Bila kita merencanakan naik pesawat udara atau berenang pada saat menderita pilek berat, sebaiknya terlebih dulu ke dokter untuk mendapatkan obat tetes atau yang dapat menanggulangi peradangan tersebut. Para penyelam dianjurkan tidak menyelam saat menderita pilek, sebab tekanan air yang besar sangat membutuhkan kelonggaran masuk-keluarnya udara melalui tuba. Kalau tuba eustachius-nya sedang mengalami peradangan tentu udara akan terhalang dan bisa mengakibatkan pecahnya gendang telinga. Atau paling tidak, kita mendapat serangan sakit telinga atau vertigo karena udara terkurung di dalam. Di lain pihak, penyakit pilek yang tak kunjung sembuh pada anak bisa menyebabkan infeksi telinga tengah apalagi kalau bagian tersebut penuh dengan tumpukan kotoran atau cairan. Gangguan lain pada telinga bisa juga diakibatkan masuknya benda asing ke dalam saluran pendengaran. Anak kecil banyak yang suka memasukkan biji-bijian ke dalam telinga. Benda keras yang masuk ini berbahaya kalau tidak segera diambil sebab dapat mendesak gendang telinga atau bergesernya kedudukan tulang pendengaran. Ada lagi sejenis virus yang dapat menyerang saraf pendengaran. Serangan penyakit virus ini bisa menyebabkan kesakitan pada telinga akibat berkurangnya darah yang mengalir pada alat pendengaran. Penyakit sejenis ini disebut tuli mendadak. Trauma polusi suara Telinga terdiri dari 3 bagian yakni bagian luar, tengah, dan dalam. Bagian luar dan tengah berperan penting dalam pengumpulan serta pengiriman suara. Sedangkan telinga bagian dalam memiliki mekanisme agar tubuh tetap seimbang dan bertanggung jawab untuk mengubah gelombang suara menjadi gelombang listrik. Melalui lubang telinga, suara yang masuk akan menggetarkan selaput kaca pendengaran dalam rongga telinga. Getaran ini akan menggerakkan tulang-tulang pendengaran sampai ke tulang sanggurdi. Cairan dalam rumah siput (cochlea) pun ikut bergetar. Gerakan cairan ini membuat sel-sel rambut terangsang. Rangsangan inilah yang ditangkap saraf pendengaran yang akhirnya diteruskan ke otak. Manusia normal mampu mendengar suara berfrekuensi 20 - 20.000 Hz (satuan suara berdasarkan perhitungan jumlah getaran sumber bunyi per detik) dengan intensitas atau tingkat kekerasan di bawah 80 desibel (dB). Bunyi di atas itu kalau terus menerus dan dipaksakan bisa merusak pendengaran karena bisa mematikan fungsi sel-sel rambut dalam sistem pendengaran. Gejala awal seringkali tidak dirasakan kecuali telinga berdengung, kemudian diikuti oleh menurunnya pendengaran. "Trauma suara banyak dialami oleh para pekerja pabrik," kata dr. Hadjar pula. Menurut ahli THT ini kebisingan pabrik akan aman selama masih di bawah 80 dB. Namun kalau naik 3 dB saja, seseorang sebaiknya beristirahat sejenak setelah bekerja 4 jam, apalagi kalau suara mesinnya kasar dan membosankan. Atau, bila perlu mengenakan penutup telinga. Kebisingan suara di jalan yang setiap hari didengar oleh para sopir bus pun bisa berdampak negatif terhadap pendengaran sang sopir. Sebaliknya suara musik walaupun keras, kebanyakan masih bisa ditoleransi oleh telinga lantaran terasa enak didengar. "Musik enak malah bisa ikut melonggarkan pembuluh darah telinga," tambah dr. Hadjar, mengacu hasil penelitian penyanyi The Beatles selama 5 tahun. Namun menurut dr. Hendarta Hendarmin, ahli THT lain dalam Intisari tahun 1991, dari penyelidikan mengenai tingkat bahaya suara musik keras di beberapa diskotek (antara 100 - 110 dB), musik keras bisa merusak pendengaran seseorang yang setiap hari berada di situ. Apalagi kalau bunyi musik demikian melebihi ambang batas normal yang bisa ditoleransi telinga. Besarnya pengaruh suara terhadap telinga memang banyak tergantung pada intensitas dan jangka waktu mendengarnya, jumlah waktu mendengar, serta kepekaan masing-masing, termasuk usia si pendengar, tambah Hendarmin. Sebaliknya, musik yang mengalun lembut dan enak didengar seperti klasik, keroncong, seruling, gamelan, malah bisa ikut menyejukkan pikiran serta membantu menghilangkan stres. Bahkan, ada seorang ahli bedah saraf terkenal yang menyetel kaset gending Jawa agar lebih tenang dan tidak terburu-buru selagi membedah pasien. Bahaya tekanan darah tinggi Para penderita penyakit darah tinggi, di mana sel-sel pembuluh darah sekitar telinga ikut tegang dan mengeras, juga harus selalu memperhatikan kesehatan telinganya. Sebab, berkurangnya oksigen yang masuk lebih memudahkan sel-sel pendengaran mati. "Bila penderita merasakan telinganya sering berdengung segeralah ke dokter sebelum terlambat," saran dr. Hadjar. "Bila tiba-tiba pendengarannya menurun, segeralah minta pertolongan dokter sebelum lewat tiga hari". Pada orang lanjut usia, gangguan pendengaran biasanya disebabkan oleh fungsi organ pendengaran yang menurun atau disebut presbiakusis (sekitar 1,8 -5%) sehingga sulit dicari penyebabnya. Namun, ada hasil penelitian yang menyatakan, kemunduran pendengaran pada para manula pun banyak tergantung dari polusi suara atau bunyi yang didengar sepanjang hidupnya. Artinya, kalau terlalu sering mendengarkan suara-suara bising/keras, proses fisiologis jaringan otot dalam tubuh manusia akan lebih mudah terganggu. Juga tergantung pula dari penyakit degeneratif yang diidapnya seperti tekanan darah tinggi, diabetes, gangguan kardiovaskuler, atau obat-obatan tertentu yang diminum secara rutin seperti pil kina untuk penyakit malaria, streptomisin, dll. Gangguan organ telinga atau pendengaran memang bisa bermacam-macam, disamping yang disebutkan di atas, bisa juga karena faktor keturunan atau bawaan, gangguan gizi, trauma kepala, bisul, jamur, tumor, dll. Namun dengan gizi yang baik, pemakaian kapas pembersih telinga yang tidak berlebihan atau dipaksakan, pemeriksaan telinga secara rutin paling tidak setiap 1/2 - 1 tahun sekali oleh ahli THT serta menjaga kebersihan telinga, niscaya kesehatan telinga tetap terpelihara